Meliput dengan HP

Dirlantas Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) Kombes Dodi Dorijanto ramai diberitakan setelah menyindir wartawan SCTV, Syamsuddin, di Kota Palu, lantaran menggunakan HP bermerek China saat akan melakukan wawancara. Tak lama kemudian, Dodi meminta maaf atas ucapannya yang dinilai merendahkan profesi wartawan dan berdalih perkataannya tersebut merupakan candaan kepada Syamsuddin.

Perkataan yang dilakukan Kombes Dodi Dorijanto menyiratkan masih ada berbagai kalangan meragukan dan skeptis terhadap praktik meliput dengan ponsel pintar atau hp. Salah satu keraguan utama adalah kualitas video dan suara yang dihasilkan oleh hp belum bisa menyamai kamera profesional. Hal ini terutama terasa dalam kondisi pencahayaan yang kurang ideal atau ketika membutuhkan zoom optik yang tinggi. 

Era digital telah membawa perubahan signifikan pada semua aspek profesi dan pekerjaan dewasa ini, tidak terkecuali dalam dunia jurnalisme. Perubahan yang dapat dirasakan adalah kemudahan akses untuk meliput berita dengan perangkat mobile, terutama hp. Praktik meliput dengan hp juga dikenal dalam istilah Mobile Journalism atau disingkat MoJo. Dalam berbagai referensi, Mojo secara luas berarti praktik menggunakan perangkat seluler seperti hp dan tablet untuk memproduksi dan menyebarkan berita. Praktik ini dengan cepat menjadi populer dan efektif bagi jurnalis untuk meliput berita terbaru dan berinteraksi dengan khalayak. MoJo memberdayakan individu maupun jurnalis untuk membuat konten visual dan audio terbaik yang mereka bisa.

Perkembangan Mojo telah dimulai sejak era internet pada tahun 1968, penemuan website pada tahun 1991, peluncuran website berita pada tahun 1994 oleh surat kabar Inggris, The Daily Telegraph dan perangkat hp kamera pertama, Sharp J-SH04, diluncurkan di Jepang pada tahun 2000. Penemuan ini kemudian membuat sejumlah produsen hp untuk memasukkan teknologi kamera, seperti Nokia dengan kamera 0,3 megapixelnya pada seri Nokia 6750, dilanjutkan  Apple dengan iPhone, Blackberry, Motorola dan Samsung. Dalam dekade terakhir, produsen hp asal China turut meramaikan dan merajai pasar hp, seperti Xiaomi.

Kemunculan media sosial dan berkembangnya jaringan seluler 4G dan 5G, memungkinkan pengguna untuk merekam dan mempublikasikannya secara daring dengan mudah.

Dengan demikian, peliputan berita yang sebelumnya memerlukan peralatan yang sangat banyak dan berat, dengan hp, menjadi lebih ringkas.Meskipun kualitasnya mungkin tidak setara dengan kamera profesional, hp setidaknya dapat digunakan untuk merekam peristiwa penting. Dalam dunia jurnalis TV, ada aturan tidak tertulis yang menyebutkan, lebih baik ada visual dengan kualitas rendah, daripada tidak ada sama sekali.

Kualitas video dan audio hp mungkin belum dapat menyamai kamera profesional. Fitur-fitur hp dalam mengoperasionalkan pengambilan gambar juga masih terbatas dibandingkan kamera profesional. Fitur-fitur hp dalam mengoperasionalkan pengambilan gambar juga masih terbatas dibandingkan kamera profesional. Namun, bukan berarti keterbatasan tersebut belum bisa mendekati standar peliputan video yang ditayangkan di televisi maupun media daring. Selama memahami teknik pengambilan gambar menggunakan hp, niscaya kualitas materi video dan audio peliputan akan jauh lebih baik.

Standar itu dapat diwujudkan karena kebanyakan hp saat ini telah mampu merekam video dengan resolusi 1080p atau dikenal sebagai full high definition (Full HD) dan menghasilkan gambar dengan cahaya rendah yang lebih baik. Teknologi fokus dan kedalaman bidang (Depth of Field), zoom dan fitur stabilisasi gambar (OIS) juga dapat ditemukan dengan mudah pada hp-hp dengan kisaran harga menengah. Fitur-fitur tersebut tentu dapat menghasilkan video yang dapat dengan nyaman disaksikan mata.

Fitur canggih yang ada dalam hp tersebut juga harus dibarengi dengan kemampuan dalam teknik pengambilan gambar termasuk memikirkan kualitas audio. Sebagai seorang MoJo, perlu memahami storyboard sederhana yang akan membantu dalam merencanakan pengambilan gambar termasuk sudut pengambilan gambar seperti wide, medium dan close-updan komposisi. Berbeda dengan keistimewaan yang dimiliki kamera profesional, untuk mendapatkan sudut gambar seperti itu, seorang MoJo harus banyak bergerak. Dalam beberapa kesempatan, MoJo pemula seringkali merekam terlalu banyak pengambilan gambar lebar (wide). Ini menimbulkan kesan ‘malas’ dalam mengambil gambar. Padahal variasi pengambilan gambar, termasuk banyak close up akan membantu menghidupkan cerita yang kita liput.

Kualitas audio juga kerap dilupakan saat memproduksi liputan dengan hp. Untuk mendapatkan kualitas video yang baik, seorang MoJo juga perlu melengkapi diri dengan microphone tambahan. Microphone tambahan dapat digunakan Ketika mewawancarai narasumber dalam kondisi lingkungan yang ramai seperti suara kendaraan dan lain-lain. Microphone internal hp hanyak baik digunakan saat wawancara dalam lingkungan yang sepi dan tenang. Selain itu, microphone wireless juga akan mendukung wawancara dengan sudut gambar yang lebih kaya. Praktik meliput dengan hp memang masih menimbulkan keraguan di kalangan beberapa profesional, namun banyak juga yang telah membuktikan bahwa hp  bisa menjadi alat yang efektif dalam meliput berita. Dengan terus berkembangnya teknologi, kualitas kamera dan fitur pendukung di hp juga semakin meningkat. Selain itu, dengan memahami dan mengatasi tantangan yang ada, jurnalis dapat memaksimalkan potensi hp sebagai alat liputan yang praktis dan efisien.

Keraguan terhadap meliput dengan hp mungkin beralasan, namun tidak seharusnya menghalangi inovasi dan adaptasi dalam dunia jurnalisme. Pada akhirnya, kualitas jurnalistik tidak hanya ditentukan oleh alat yang digunakan, tetapi juga oleh kemampuan dan kreativitas jurnalis itu sendiri.

*Artikel ini juga telah ditayangkan di Bali Express pada link berikut: https://baliexpress.jawapos.com/kolom/674883797/meliput-dengan-hp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *